Kabid Binpres PBSI Ricky Soebagdja berharap atlet dan pelatih terbuka terkait kendala dan apa yang dirasakan menjelang Olimpiade Paris 2024. Hal ini penting demi memuluskan persiapan.
Pernyataan itu disampaikan Ricky setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh dengan pelatih. Evaluasi dilakukan Senin (10/6) kemarin, menyusul hasil minor atlet-atlet bulutangkis di turnamen Super 1000 Indonesia Open 2024.
Utamanya, pebulutangkis-pebulutangkis proyeksi Olimpiade capaian tertingginya hanya sampai perempatfinal lewat Gregoria Mariska Tunjung. Sedangkan Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari terhenti di babak-babak awal.
Baca juga: PBSI Persilakan Sabar/Reza Sparing dan Latihan di Pelatnas, tapi… |
Padahal Indonesia Open 2024 bisa disebut sebagai turnamen mini sebelum Olimpiade 2024. Sebab, atlet-atlet yang tampil di ajang itu merupakan atlet-atlet top dunia, yang juga bersiap menuju Olimpiade. Tapi, hasilnya, wakil-wakil Indonesia tak ada yang sampai semifinal di rumah sendiri.
“Kalau saya lihat dari top players ini kan rata-rata (masalahnya) juga nonteknis. Makanya selalu saya sampaikan bahwa bagaimana pemain ini senyaman mungkin dia berlatih dan bertanding. Jadi tidak ada beban, tidak ada satu pikiran yang memang menjadikan kendala-kendala pada saat atlet bertanding,” kata Ricky saat ditemui di Pelatnas PBSI, Rabu (12/6/2024).
“Nah ini yang harus saya sampaikan, harus ada keterbukaan daripada para pemain itu sendiri. Apa sih sebetulnya yang dirasakan? Juga para pelatih, keterbukaan ini kan sangat penting menjelang Olimpiade terutama. Jadi intinya mungkin secara detail saya enggak bisa sampaikan. Rata-rata memang semuanya ini juga nonteknis. Lain-lain ya konsistensi di para pemain, fisiknya, teknik.”
“Pokoknya tidak ada tawar-menawar dengan para pelatih, pelatih harus memberikan programnya ke atletnya. Dan atletnya kan harus sesuai menjalankan programnya itu. Jadi teknik, fisik, semuanya nonteknis kita bahas dan juga langkah-langkah ke depan, terutama yang Olimpiade dengan sisa waktu yang ada,” lanjutnya.
Ricky menambahkan, PBSI akan mengintensifkan pendampingan psikolog kepada para atlet. Juga sesi video analis demi sebaik mungkin mempersiapkan diri terhadap segala kemungkinan di Olimpiade 2024 nanti.
Baca juga: Alasan PBSI Tak Mau Turunkan Atlet Proyeksi Olimpiade ke Australia Open |
“Pasti-pasti (ada pendampingan) Dari psikolog, video analis, ini juga penting karena kita juga pasti dipelajari oleh lawan. Jadi ini juga terus kami agendakan untuk kelas-kelas seperti itu,” kata peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996.
“Karena saya juga mengalami betul ya untuk menjelang Olimpiade itu tensinya (tinggi), dan para pemain ini juga pasti merasakan lah. Nah ini kita harus menghargai dan paham juga,” katanya. Mungkin tanpa bicara ‘Oh, jadi beban sebagai andalan dan lain-lain’.”
“Kami paham, tapi itu tadi bahwa kita butuh keterbukaan para pemain untuk kita bisa mendampingi, mengawal ini dengan maksimal,” Ricky mempertegas.
(mcy/krs)